Selasa, 25 November 2014

PENENTUAN VOLUME MOLAR PARSIAL



PENENTUAN VOLUME MOLAR PARSIAL
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Dikehidupan sehari-hari kita mengenal dua materi yaitu materi murni dan materi campuran. Jarang sekali kita temukan materi murni di alam dan di lingkungan sekitar kita. Kebanyakan dari materi-materi tersebut tersusun atas campuran-campuran dari suatu zat. Campuran ada yang homogen dan ada pula yang heterogen. Kesetimbangan kimia, juga mengenal adanya campuran biner, yaitu suatu campuran yang terdiri dari dua macam zat.
Kita pernah mengenal tekanan parsial gas dalam campuran gas, yaitu kontribusi satu komponen dalam campuran gas terhadap tekanan totalnya. Sekarang dalam campuran cair-cair atau larutan-larutan tentunya juga ada sifat-sifat parsial lain sifat-sifat ini yang membantu kita dalam menjelaskan bagaimana komposisi dari suatu campuran dan bisa pula digunakan untuk menganalisis sifat-sifatnya. Sifat parsial lain yang paling mudah digambarkan adalah volume molar gas. Mempelajari volume molar gas secara lebih lanjut, nantinya kita akan mampu menentukan seberapa banyak zat A atau zat B yang ada dalam suatu campuran. Oleh karena itu untuk mengetahuinya maka dilakukan percobaan “Volum Molal Parsial” ini.

1.2  PRINSIP PERCOBAAN
Penentuan volum molar parsial larutan NaCl sebagai fungsi rapat  massa yang di ukur menggunakan piknometer pada suhu 30˚ C dengan variasi konsentrasi.
1.3  TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan volum molar parsial larutan natriun klorida sebagai fungsi rapat massa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 VOLUM MOLAR PARSIAL
Volum  molar parsial adalah kontribusi pada volume dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total. Sifat-sifat molar parsial terdapat tiga sifat termodinamika molar parsial utama yaitu :
1.      Volume parsial dan komponen dalam larutan
2.      Entalpi molar parsial
3.      Energi bebas molar parsial
Molal atau molalita didefinisikan sebagai jumlah mol solute per kg solven. Berarti merupakan perbandingan antara jumlah mol solute denganmassasolven dalam kilogram.

Molal = Jadi, jika ada larutan 1,00 molal maka mengandung 1,00 mol solute tiap 1,00 kg solven (Brady,1990:592).

Volum molar parsial adalah kontribusi pada volum, dai satu komponen dalam sample terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu campurn berubah-ubah tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan perubahan gay-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat termodinamika campuran jika komposisinya berubah (Atkins, 1993:170)
Termodinamika terdapat 2 macam larutan, yaitu larutan ideal dan larutan tidak ideal. Suatu larutan dikatakan ideal jika larutan tersebut mengikuti hukum Raoult pada seluruh kisaran komposisi dari system tersebut. Untuk larutan tidak ideal, dibagi menjadi 2 yaitu:

1.      Besaran molal parsial, misalnya volume molal parsial dan entalpi
2.      Aktivitas dan koefisien aktifitas.
Secara matematik sifat molal parsial didefinisikan sebagai:
Dimana,  adalah sifat molal parsial dari komponen ke-i. Secara fisik    berarti kenaikan dalam besaran termodinamik J yang diamati bila satu mol senyawa I ditambahkan ke suatu sistem yang besar sehingga komposisinya tetap konstan (Dogra,1990:580).
Ada3 sifat termodinamik molal parsial utama, yakni: (i) volume molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan, (ii) entalpi molal parsial dan (iii) energi bebas molal parsial. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa sifat molal parsial dari suatu komponen dalam suatu larutan dan sifat molal untuk senyawa murni adalah sama jika larutan tersebut ideal (Dogra,1990:580).

KELARUTAN TIMBAL BALIK



LAPORAN KELARUTAN TIMBAL BALIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1     LATAR BELAKANG
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis.
Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akandiperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan. Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air.

 


1.2      PRINSIP PERCOBAAN
Penentuan kelarutan timbal balik yang didasarkan pada pengaruh suhu terhadap kelarutan dengan menentukan temperatur kritis dari pencampuran fenol-air, fenol-metanol, dan fenol-NaOH dengan berbagai komposisi fenol pada saat terbentuk satu fasa (dari larutan keruh menjadi bening) dan saat terbentuk dua fase (larutan jenuh menjadi keruh).

1.3     TUJUAN PERCOBAAN
1.      Mempelajari kelarutan timbal balik antara dua cairan
2.      Menggambarkan hubungan larutan tersebut dengan suhu dalam suatu diagram fasa
  

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 PEMBAHASAN
            Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah temperatur. Temperatur juga akan mempercepat reaksi antara zat terlarut dan pelarutnya, dalam kondisi tertentu suatu zat akan membentuk larutan jenuh yang ditandai dengan tidak larutnya zat terlarut. Fenol adalah senyawa semi polar yang bersifat sedikit larut dalam air, larut sempurna dalam alkohol dan natrium hidroksida. Untuk mengetahui sifat kelarutan dari fenol dalam air, etanol dan NaOH maka perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui sifat-sifat tersebut.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi.
Sebelum melakukan percobaan ini disiapkan semua bahan dan alat untuk melakukan percobaan. Pertama-tama disiapkan campuran fenol dengan air didalam tabung reaksi sedang dengan komposisi tertentu, kemudian dipanaskan tiap larutan campuran dalam penangas air sambil diaduk perlahan dan dicatat suhu saat campuran berubah dari keruh menjadi bening. Yang terjadi saat proses pengadukan adalah campuran berubah dari keruh menjadi bening hal ini disebabkan karena fenol terlarut dalam air sehingga larutan berubah dari keruh menjadi bening. Fenol larut dalam air karena terbentuknya ikatan hidrogen antara atom H dari air dengan atom O dari fenol. Dalam percobaan ini digunakan fenol karena fenol bersifat semipolar sehingga akan terbentuk dua fasa ketika dilarutkan dalam air dengan konsentrasi tertentu selain itu sehingga temperatur akan berpengaruh terhadap jumlah fenol yang dapat larut dalam air dan dari beberapa konsentrasi tersebut dapat ditentukan titik kritis kelarutan fenol dalam air .
Kelarutan fenol dalam air dibandingkan kelarutan fenol dalam metanol memiliki perbedaan kecepatan fenol untuk larut. Fenol dalam metanol lebih mudah larut dibangdingkan fenol dalam air, hal ini dipengaruhi oleh kesamaan sifat antara fenol dan metanol, selain itu juga berdasarkan prinsip like disolve like senyawa yang mempunyai sifat yang sama akan mudah larut.
Fenol dapat larut dalam NaOH disebabkan oleh terbentuknya garam fenil ketika fenol dicampurkan dengan NaOH. C6H5OH+NaOH                  C6H5ONa selain itu juga adanya gugus OH dari NaOH menyebabkan fenol mudah larut dalam NaOH.
Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan titik kritis yang didapat yaitu 54˚ dengan perbandingan 1:1. Dari grafik yang didapat bahwa titik kritis fenol 54˚ dengan perbandingan 1:1. Hal ini disebabkan karena fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air yakni 8,3 gram dalam 100 ml air sehingga pengaruh temperatur akan meningkatkan kelarutan fenol dalam air pada batas tertentu atau yang biasa disebut titik kritis.